Piala Dunia 1990 dan Cinta Buta Neapolitano


Piala Dunia 1990 dan Cinta Buta Neapolitano - Piala Dunia 1990 diselenggarakan di negeri pizza Italia. Italia berhasil mengumpulkan voting terbanyak mengalahkan Yunani, Inggris dan Uni Soviet (saat ini Rusia) pada rapat komite Eksekutif FIFA pada 19 mei 1984 yang dilangsungkan di Zurich, Swiss. Maskot resmi Piala Dunia 1990 Italia disebut CIAO. CIAO merupakan figur yang menyerupai manusia yang terdiri dari susunan kubus berwarna putih, hijau dan merah menyerupai bendera Italia. Dalam biasa Italia CIAO biasa untuk digunakan menyapa orang. 
Maskot Piala Dunia 1990
Piala Dunia 1990 Italia digadang-gadang bakal menjadi turnamen yang besar. Enam juara dunia, Italia, Argentina, Brasil, Jerman Barat, Uruguay, dan Inggris, ikut ambil bagian. Kala itu juga ada Der Oranje dengan trio Belanda nya yang mendunia. Namun sayang  permainan bertahan ala tuan rumah yang dikenal dengan sebutan cattenaccio seolah mempengaruhi penampilan hampir ke-24 tim finalis. Piala Dunia 1990 pun menjadi turnamen yang membosankan dan kurang greget dan juga minim gol. Banyak pertandingan-pertandingan yang harus diakhiri dengan adu penalty. Bahkan di laga final pun hanya tercipta 1 gol, Ironisnya gol itu dicetak melalui titik putih penalty. Hal ini adalah pertama kalinya sejak Piala Dunia pertama kali digelar tahun 1930. Sebelum Piala Dunia 1990 Italia, setidaknya selalu tercipta 3 gol di laga final. 

Cerita menarik Piala Dunia 1990 justru datang dari Kamerun. Sebagai tim underdog kamerun berhasil melangkah hingga babak perempat final, meskipun harus kalah dari Inggris. Kamerun menjadi tim pertama asal Afrika yang berhasil menembus perempat final Piala Dunia. Nasib naas justru dialami oleh tim Belanda. De Oranje yang difavoritkan sebagai juara justru tampil buruk, lolos ke perdelapan final tanpa meraih kemenangan. Padahal kala itu tim Belanda sedang dihuni oleh pemain-pemain hebat yang menjadi buah bibir seantero dunia, Marco van Basten, Frank Rijkraad serta Ruud Gullit. 

BACA JUGA :

BUKAN 4 KALI TAPI INILAH GELAR JUARA YANG DI RAIH TIMNAS JERMAN


Cerita pahit dari Piala Dunia 1990 Italia terjadi di partai semi final kala tuan rumah Italia bertemu dengan Argentina yang dimainkan di stadion San Paolo, Napoli Italia. Dampak dari partai semi final ini berujung tragedi kontrofersi di partai final.

ITALIA VS ARGENTINA DAN CINTA BUTA NEAPOLITANO


Pada partai semi final Piala Dunia 1990 Italia selaku tuan rumah bertemu dengan Argentina. Pertandingan diselenggarakan di stadion San Paolo kota Napoli, Italia. Neapolitano sebutan untuk penduduk kota Napoli saat itu sangat mencintai Maradona yang berhasil membawa club Napoli meraih gelar scudetto ke dua Napoli beberapa bulan sebelum Piala Dunia digelar. Maradona dihadapan warga Napoli ibarat dewa yang membawa berkah suci. Sangat tragis, karena publik Napoli begitu mencintai Maradona, hal ini lah yang membuat mereka mendukung tim nas Argentina ketimbang mendukung negaranya sendiri. Alih-alih mendukung Gli Azzurri, publik San Paolo justru bersorak untuk Maradona. Hingga detik ini, kondisi tersebut membuat Kota Napoli menjadi musuh bersama seluruh Italia karena Albiceleste lolos ke final setelah menang adu tendangan penalti. 

Maradona saat berseragam Napoli

Konon, lolosnya Argentina ke partai final ini membuat geram para mafioso. Partai Final Piala Dunia 1990 yang mempertemukan Argentina vs Jerman Barat pun meninggalkan kontroversi. Kencang kabar berhembus terjadi konspirasi antara Mafioso, FIGC dan FIFA yang ingin menggagalkan Maradona meraih gelar juara bersama Argentina. Pertandingan final yang berjalan imbang dan membosankan akhirnya berbuah kartu merah untuk Argentina di menit 65'.  Tak puas di situ pada menit 85' Edgardo Codesal Méndez, wasit asal Meksiko yang menjadi pengadil di laga final kala itu memberikan titik putih untuk Jerman Barat.  Andreas Brehme yang kala itu menjadi algojo penalty pun berhasil mencetak gol dan mengantar Jerman Barat meraih gelar juara ke-3 nya. Setelah kasus 1990 Napoli , Maradona terlibat kasus kokain dan doping. Hal ini membuat karirnya di sepak bola perlahan meredup.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.